Respon terhadap terapi obat bervariasi dari individu ke individu lainnya (kemanjuran, metabolisme obat dan farmakokinetik, toksisitas dan efek samping obat), dan, hanya sekitar 20-40% individu memiliki respon positif terhadap obat yang disetujui [1,2].
Di Singapura, admisi rumah sakit terkait dengan pengobatan telah mencapai sekitar 12,4% [3]. Salah satu penyebab kejadian ini adalah hubungan antara varian genetik individu terhadap obat-obatan tertentu.
Varian genetik terkait dengan 20-95% variabilitas respons obat, dan penelitian terbaru yang dilakukan di Singapura menemukan bahwa 30% adverse side response atau respons buruk terhadap obat disebabkan oleh setidaknya satu obat dengan anotasi klinis farmakogenomik (PGx). Ini menyoroti potensi untuk meningkatkan dan mengoptimalkan hasil terapi melalui pengujian PGx [4][5]. Hal ini sudah ditunjukkan dengan pengujian HLA-B*1520 sebelum pengobatan karbamazepin di Singapura yang menunjukkan manfaat pengujian gen sebelum memulai pengobatan melalui stratifikasi pasien [6].
Meskipun banyak upaya untuk menerapkan aktivitas farmakogenomik, masih ada hambatan adaptasi PGx yang harus segera diselesaikan. Kekhawatiran terbesar adalah bahwa tidak ada metode yang efisien dalam pelaporan dan pembagian data antara sistem rumah sakit Singapura yang mempersulit pembagian laporan pasien dengan dokter dari institusi medis yang berbeda. Hal ini membebani pasien yang memerlukan evaluasi laporan mereka termasuk analisis gen ketika konsultasi. Selain itu, kurangnya kesadaran dan panduan tentang tes dan perawatan terkait gen yang penting secara umum memperpanjang penerapan tes PGx sebagai praktik standar di Singapura.
Setelah menyoroti hambatan yang di bahas semula, Nalagenetics memutuskan untuk berkolaborasi dengan salah satu rumah sakit terbesar di Singapura, National University Hospital (NUH), dan National University of Singapore (NUS) untuk mengembangkan program antarmuka pasien yang interaktif untuk memfasilitasi akses ke laporan PGx dan interaksi lain untuk pasien dan dokter NUH serta non-NUH.
Hasil yang diharapkan adalah:
1. Program antarmuka ini diharapkan dapat meningkatkan dinamika komunikasi dan keterlibatan dokter-pasien.
2. Penyampaian integrasi PGx dan BPA yang edukatif akan memandu rekomendasi dari dokter yang memutuskan.
Referensi
- Sweeney, G. D. (1983). Variability in the human drug response. Thrombosis Research, 29, 3–15. https://doi.org/10.1016/0049-3848(83)90353-5
- Spear, B. B., Heath-Chiozzi, M., & Huff, J. (2001). Clinical application of pharmacogenetics. Trends in Molecular Medicine, 7(5), 201–204. https://doi.org/10.1016/s1471-4914(01)01986-4
- Chan, S. L., Ang, X., Sani, L. L., Ng, H. Y., Winther, M. D., Liu, J. J., Brunham, L. R., & Chan, A. (2016). Prevalence and characteristics of adverse drug reactions at admission to hospital: a prospective observational study. British Journal of Clinical Pharmacology, 82(6), 1636–1646. https://doi.org/10.1111/bcp.13081
- Wu, X. T., Hu, F. Y., An, D. M., Yan, B., Jiang, X., Kwan, P., Stefan, H., & Zhou, D. (2010). Association between carbamazepine-induced cutaneous adverse drug reactions and the HLA-B*1502 allele among patients in central China. Epilepsy & Behavior, 19(3), 405–408. https://doi.org/10.1016/j.yebeh.2010.08.007
- Adesta, F., Mahendra, C., Junusmin, K. I., Rajah, A. M. S., Goh, S., Sani, L., Chan, A., & Irwanto, A. (2021). Pharmacogenomics Implementation Training Improves Self-Efficacy and Competency to Drive Adoption in Clinical Practice. Frontiers in Pharmacology, 12. https://doi.org/10.3389/fphar.2021.684907
- Wu, X. T., Hu, F. Y., An, D. M., Yan, B., Jiang, X., Kwan, P., Stefan, H., & Zhou, D. (2010). Association between carbamazepine-induced cutaneous adverse drug reactions and the HLA-B*1502 allele among patients in central China. Epilepsy & Behavior, 19(3), 405–408. https://doi.org/10.1016/j.yebeh.2010.08.007
Leave a Comment