Bagi pasien hipertensi atau orang-orang yang ingin mempertahankan tekanan darah rendah, diet berdasarkan rekomendasi umum seperti diet DASH dan diet Mediterania dapat menjadi pilihan. Namun, sebagian orang mungkin bertanya, bagaimana kaitan faktor genetik dengan diet tersebut?
Prevalensi hipertensi meningkat hampir dua kali lipat hanya dalam empat dekade; dari 594 juta pada tahun 1975 menjadi 1,13 miliar pada tahun 2015, dan hingga hari ini, jumlah kasusnya terus bertambah. Hipertensi juga diketahui memiliki korelasi yang signifikan dengan penyakit dan kondisi lain yang mengancam jiwa seperti gagal jantung, stroke iskemik, pendarahan otak, dan penyakit ginjal kronis. Terlepas dari bahayanya sebagai penyebab kematian dini di dunia, sekitar 46% orang dewasa tidak menyadari kondisi hipertensi mereka. Menanggapi masalah ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyatakan targetnya untuk menurunkan hipertensi secara global pada angka 33% pada tahun 2030.
Seiring dengan upaya pengobatan, saat ini fokus utama rekomendasi kesehatan masyarakat untuk menjaga hipertensi tetap terkendali adalah promosi gaya hidup sehat, yaitu mengoptimalkan asupan makanan dan aktivitas fisik. Diet yang populer seperti diet DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) dan diet Mediterania adalah beberapa rekomendasi diet yang dimaksudkan untuk menurunkan tekanan darah. Meskipun ada sejumlah bukti bahwa diet ini berhasil, namun, masih ada banyak kendala yang tersisa. Dengan keragaman individu seperti etnis, preferensi budaya, status kesehatan, faktor klinis dan yang paling penting, variasi DNA, pertanyaan pun muncul, "Apakah ada alternatif yang lebih baik untuk rekomendasi diet 'satu ukuran untuk semua' saat ini?"
Peran Genetik dalam Nutrisi untuk Hipertensi
Nutrigenetik saat ini menjadi salah satu topik yang sedang tren di kalangan ahli dan pakar gizi. Berbagai penelitian mulai menemukan tentang pentingnya menyesuaikan diet dengan kebutuhan khas setiap individu berdasarkan genetiknya. Contohnya penelitian yang dilakukan oleh Loo dan rekan-rekannya.
Penelitian ini melibatkan 158 orang dewasa dengan prehipertensi atau hipertensi stadium 1 sebagai partisipan. Mereka diberi diet (disebut diet OmniHeart) dengan 58% kalori dari karbohidrat, 15% dari protein, dan 27% dari lemak. Persentase ini mirip dengan persentase diet Mediterania. Intervensi diet berlangsung selama enam minggu. Pada akhir penelitian, sampel urin peserta dikumpulkan dan dianalisis.
Para peneliti menemukan bahwa ada dua respons berbeda terhadap diet yang sama. Kelompok pertama, yakni sekitar 70-80% dari peserta, mengalami penurunan faktor risiko penyakit kardiovaskular, termasuk di dalamnya penurunan tekanan darah. Hal ini diketahui karena adanya zat metabolit prolin-betain, kreatin, karnitin, dan hippurat dalam urin. Sedangkan 20-30% partisipan lainnya mengeluarkan lebih sedikit zat metabolit daripada kelompok pertama. Sehingga mereka tidak mengalami penurunan tekanan darah dan faktor risiko kardiovaskular yang signifikan. Hal ini berarti kelompok pertama merasakan manfaat dari diet OmniHeart tetapi tidak halnya dengan kelompok kedua. Salah satu teori yang dapat menjelaskan temuan ini adalah adanya pengaruh mikrobiota usus yang berbeda-beda pada setiap individu berdasarkan variasi genetik mereka.
Temuan lain yang juga menandakan peran penting genetik dalam nutrisi adalah dari penelitian oleh Chu dan rekan-rekannya pada tahun 2016. Para peserta diminta untuk mengikuti diet 7 hari selama tiga minggu yang terdiri dari diet rendah garam, diet tinggi garam, dan diet tinggi garam ditambah suplementasi kalium. Setelah itu, spesimen urin para peserta diambil. Spesimen darah juga dianalisis untuk mengekstrak gen adiponektin, yakni gen yang terlibat dalam pengaturan tekanan darah. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa variasi gen adiponektin antar individu berkaitan dengan tingkat sensitivitas yang berbeda terhadap garam. Mereka yang sensitif terhadap garam atau juga bisa disebut "perespon natrium", mengeluarkan reaksi yang lebih baik terhadap diet rendah natrium yang ditandai dengan penurunan tekanan darah. Sayangnya, diet yang sama persis hanya memiliki efek sedikit atau tidak sama sekali pada tekanan darah bagi mereka yang bukan termasuk kelompok "perespon natrium".
Dengan contoh-contoh tersebut, sekarang kita tahu bahwa pemahaman tentang DNA individu adalah kunci untuk rekomendasi gizi yang akurat. Dengan kata lain, pendekatan intervensi gizi dengan personalisasi nutrisi adalah sesuatu yang perlu mendapatkan perhatian kita, khususnya dalam kaitan dengan pengobatan dan pencegahan hipertensi.
Personalisasi Nutrisi dalam Hipertensi
Setelah mengetahui peran genetik, langkah selanjutnya adalah mempelajari pendekatan personalisasi nutrisi dan penerapannya. Namun, beberapa dari kita mungkin bertanya-tanya, bagaimana dengan berbagai rekomendasi gizi yang umum? Apakah ini saatnya untuk meninggalkan semua itu? Jawabannya adalah: belum tentu.
Meskipun istilah "personalisasi nutrisi” dapat mengubah cara kita memandang intervensi gizi, tujuan akhirnya bukanlah untuk sepenuhnya menggantikan rekomendasi umum. Sebaliknya, personalisasi gizi hadir untuk melengkapi celah yang ada dan meningkatkan dampak baik yang selama ini telah terealisasi.
Cara kerja personalisasi nutrisi terhadap rekomendasi umum kurang lebih sebagai berikut: misalnya kita dihadapkan dengan berbagai diet populer di luar sana untuk mengatasi kondisi hipertensi, termasuk diet Mediterania dan diet DASH. Diet-diet ini dirancang berdasarkan pemahaman umum tentang bagaimana zat gizi bekerja dalam tubuh manusia secara keseluruhan. Meskipun demikian, kita sudah tahu beberapa dari diet tersebut ada yang berdampak signifikan bagi kita, ada juga yang tidak. Lalu, bagaimana kita menentukan mana yang terbaik untuk dipilih? Di sinilah uji nutrigenetik menjadi penting. Dengan DNA, kita lebih mudah memutuskan diet yang tepat.
Jika misalnya, setelah diuji kita mengetahui bahwa kita memiliki genetik "perespon natrium", maka kita dapat melanjutkan untuk mengikuti rekomendasi umum dan memilih diet Mediterania atau diet DASH yang merupakan diet rendah natrium. Jika tes menunjukkan bahwa kita adalah “non-perespon natrium”, maka kita dapat membuat penyesuaian dari diet yang ada dengan pendampingan ahli gizi dan tenaga kesehatan.
Menyadari pentingnya peran DNA dan personalisasi nutrisi merupakan langkah awal yang tepat dalam mengatasi hipertensi. Di Nalagenetics, kami dapat membantu Anda mengetahui apakah Anda memiliki sensitivitas tinggi atau rendah terhadap natrium melalui NutriReadyTM. Informasi tersebut akan digunakan dalam membuat perencanaan makanan sesuai dengan DNA Anda. Tak hanya itu, ahli gizi kami juga akan dengan senang hati membantu dalam sesi konsultasi. Hubungi kami di 08119941440 untuk memulai personalisasi gizi Anda sekarang juga!
Leave a Comment