NalaGenetics Digest | Genetics, Health & Wellness Updates

Statin: Benarkah Mereka Pembasmi Kolesterol Paling Handal?

Written by NalaGenetics | 2023 Jun 22 19:13:28

Statin adalah obat yang biasa digunakan untuk mengelola dan menurunkan kadar kolesterol tinggi, tetapi tahukah Anda bahwa obat tersebut masih dapat menyebabkan reaksi yang merugikan?

Statin: Si penyelamat yang membantu mengalahkan kolesterol

Kita mungkin pernah mendengar tentang statin – obat yang biasa diminum setelah makan besar daging panggang yang berlemak, meski waktu yang paling baik untuk mengonsumsinya adalah pada malam hari sebelum tidur – biasanya oleh orang paruh baya atau lanjut usia yang memiliki kadar kolesterol tinggi.

Meski tubuh kita membutuhkan kolesterol untuk proses-proses seperti membangun jaringan baru dan menghasilkan empedu di hati, konsentrasi kolesterol yang tinggi dapat menimbun lemak di pembuluh darah. Peningkatan timbunan lemak ini dapat menghambat aliran darah ke seluruh tubuh dan membentuk gumpalan. Dalam kondisi yang lebih parah, gumpalan tersebut dapat menyebabkan serangan jantung atau stroke. Itulah tujuan dari mengonsumsi statin, untuk mengelola dan mengobati hiperkolesterolemia, suatu kondisi di mana seseorang memiliki konsentrasi kolesterol tinggi dalam darahnya.

Statin juga dikenal sebagai penghambat enzim yang disebut reduktase hidroksimetilglutaril-CoA (HMG-CoA), yang menunjukkan efeknya melalui peningkatan konsentrasi high-density lipoprotein (HDL) dan penurunan konsentrasi kolesterol total, low-density lipoprotein ( LDL), dan trigliserida.

HDL adalah “kolesterol baik”, yang menyerap kolesterol dalam aliran darah dan membawanya kembali ke hati, kemudian dikeluarkan dari tubuh. Sedangkan LDL adalah “kolesterol jahat”, di mana kadar tinggi dari zat tersebut dapat meningkatkan risiko stroke dan penyakit jantung.

Bagaimana cara statin bekerja?

Setelah statin dikonsumsi, ia akan diangkut ke dalam sel hati di mana ia akan memblokir situs aktif reduktase HMG-CoA secara kompetitif. Biasanya, enzim berfungsi untuk membantu konversi asam mevalonat menjadi kolesterol. Namun, karena situs aktifnya diblokir dengan statin, produksi kolesterol menjadi menurun. Selain itu, statin dapat membuat hati menghilangkan LDL yang sudah ada di aliran darah.

Statin bukanlah obat "one-size-fits-all"!

Satu pasien yang mengonsumsi statin mungkin tidak akan mengalami efek yang sama dengan pasien lain yang mengonsumsi obat dan dosis yang sama persis. Hal ini menyebabkan kadar kolesterol pasien tidak menurun, bahkan dalam keadaan yang lebih parah, mengalami efek samping. Respons pasien terhadap statin sendiri diketahui sulit diprediksi, dikarenakan faktor-faktor seperti predisposisi genetik yang ikut berperan.

Efek samping statin yang paling umum termasuk myositis statin. Myositis statin dikaitkan dengan nyeri atau kelemahan otot akibat peradangan jaringan otot. Efek samping lainnya seperti toksisitas hati dan toksisitas sistem saraf pusat juga dapat terjadi, walau kemungkinannya kecil.

Genetika: kunci untuk memahami pengobatan Anda

Dalam beberapa tahun terakhir, banyak kemajuan telah dibuat dalam bidang farmakogenomik. Sebagai obat yang sangat umum, memahami farmakogenomik dari statin dapat membantu menjelaskan alasan di balik mengapa beberapa pasien dapat mengalami efek samping yang disebutkan di atas, meskipun mengonsumsi obat yang sama dengan dosis serupa.

Efek-efek samping tersebut memiliki korelasi langsung dengan susunan genetik setiap orang, yang tentunya berbeda dari satu sama lain. Ada lebih dari 40 gen yang dipelajari dan terlibat untuk mempengaruhi kinerja statin. Beberapa individu dapat memiliki varian gen ini, yang dapat menghasilkan efek menguntungkan maupun berbahaya. Beberapa varian genetik juga dapat dikaitkan dengan efek samping yang lebih parah.

Salah satu gen tersebut adalah gen SLCO1B1, varian pada gen ini berdampak pada proses transportasi statin ke dalam hati. Ini dapat menjadi alasan utama mengapa beberapa pasien mengalami efek samping – karena statin kesulitan mengakses enzim HMG-CoA di hati!

Gen SLCO1B1 merupakan salah satu dari banyak gen yang dapat memengaruhi distribusi statin. Terlepas dari itu, ada banyak sekali gen yang terlibat dalam cara tubuh kita memproses obat. Memperhatikan aspek genetik tubuh dapat sangat membantu menghindari peresepan obat yang tidak akurat – yang dapat dicapai melalui tes farmakogenomik.

Mengapa tes farmakogenomik?

Baru-baru ini, The Official Journal of the Royal Pharmaceutical Society merilis sebuah artikel mengenai studi pilot yang dilakukan di Inggris yang melibatkan penerapan tes farmakogenomik oleh dokter umum. Jika berhasil, program tersebut berpotensi untuk dibuat dalam skala nasional.

Studi yang didanai oleh National Health Services (NHS) ini, akan dimulai pada awal 2023. Obat-obatan termasuk statin, antidepresan, dan penghambat pompa proton (PPI) akan diuji kelayakannya untuk dimasukkan ke dalam tes farmakogenomik.

Pengujian farmakogenomik memiliki potensi baik pada industri kesehatan dan sedang dalam perjalanannya untuk menjadi sebuah standar. Dengan memiliki akses kepada perawatan kesehatan yang dipersonalisasi, risiko mengalami efek samping melalui resep yang tidak akurat akan berkurang secara signifikan, yang tentunya mengarah pada kualitas hidup yang lebih baik.

Di Nalagenetics, kami berusaha menjadikan personalisasi sebagai standar perawatan kesehatan masa depan melalui produk kami. Tes farmakogenomik kami dapat memberi laporan singkat yang terdiri dari tinjauan, laporan pengobatan yang terperinci, dukungan berkelanjutan, dan bukti ilmiah.

Kami telah juga bekerja sama dengan beberapa rumah sakit, klinik, dan laboratorium di Asia Tenggara untuk mendorong tenaga kesehatan menerapkan personalized care ke dalam praktik mereka. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang uji farmakogenomik kami, klik tautan ini!