Skip to content
menu-toggle
menu-close

Mengapa Personalized Medicine Penting Bagi Indonesia?

Perkembangan dalam bioteknologi memperkenalkan Personalized Medicine (PM) atau personalisasi obat sebagai metode pengobatan baru yang terjamin untuk peningkatan kualitas kesehatan masyarakat.


Setelah beberapa dekade, para peneliti menyatakan bahwa varian genetik individu dan faktor-faktor lingkungan dapat menentukan kecenderungan atas penyakit dan respons terhadap obat. PM merupakan konsep pengobatan berdasarkan ciri khas individu seperti susunan gen, genomik, dan informasi lingkungan pribadi. Metode pengobatan ini diyakini dapat membantu para doktor dan peneliti menyesuaikan rencana terapi pasien untuk hasil yang lebih optimal. Pengetahuan PM telah memperluas pemahaman dalam perkembangan penyakit, deteksi dini penyakit, diagnosis yang akurat, dan juga memberikan intervensi terefektif untuk pasien secara individu.

Teknik inkonvensional PM memahami bahwa penyakit seperti kanker tidak dapat dianggap sebagai satu entitas. Setiap individu memiliki ciri biologis unik yang dapat membentuk interaksi dengan subtipe penyakit dan obat yang berbeda-beda. PM menggunakan strategi analisis dengan mengintegrasikan data genetik dan genomik pasien untuk memahami jalur penyakit, mengoptimalisasi hasil pengobatan, dan mengurangi pengeluaran keuangan dalam jangka panjang.

Beberapa negara seperti Amerika Serikat, Jerman, Australia, Prancis, dan China, telah mengakui potensi PM melalui perkembangan penelitian untuk mendukung penerapan PM sebagai sistem perawatan kesehatan. Namun, beberapa negara di Asia Tenggara masih menunggu untuk mengadopsi dan menormalkan bentuk metodologi ini. Bersama dengan Malaysia, kegiatan PM di Indonesia masih dalam tahap penelitian dan/atau hanya eksklusif pada rumah sakit tertentu. Tanpa disadari, penerapan PM di Indonesia akan memberi keuntungan bagi pasien dan juga pelayanan kesehatan pemerintah.

Personalized Medicine untuk Menghindari Kegagalan Pengobatan

Manfaat pertama yang diusulkan untuk menerapkan PM di Indonesia adalah untuk menghindari kegagalan pada pengobatan kanker. Data Kementerian Kesehatan menyatakan bahwa kanker adalah salah satu penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Pada tahun 2020, kanker payudara merupakan jenis kanker utama di negara ini (16,6%) dan peringkat kedua penyebab kematian setelah kanker paru-paru. Meskipun kematian setelah diagnosis muncul dari serangkaian etiologi, komplikasi dapat terkait antara susunan genetik pasien dan pengobatan kanker.

Sebuah studi oleh Drögemöller et al. menjelaskan bagaimana strategi PM berdasarkan pengujian gen akan meminimalkan risiko kegagalan pengobatan agen terapeutik pada penderita kanker payudara. Identifikasi biomarker melalui uji genotipe mendefinisikan subkelompok pasien yang akan mengalami kerugian dari terapi tertentu. Sebagai contoh, pasien kanker payudara estrogen positif (ER+) biasanya diberi resep pengobatan hormon adjuvant yang disebut Tamoxifen. Menariknya, 30-40% pasien kanker payudara yang diresepkan terapi hormonal ini mengalami risiko kekambuhan yang lebih tinggi dan periode bebas kekambuhan yang lebih pendek.

Setelah konsumsi, Tamoxifen diubah oleh gen CYP2D6 menjadi metabolit aktif bernama endoxifen. Tinjauan sistematis kolektif menyimpulkan bahwa varian CYP2D6 pasien kanker payudara mempengaruhi hasil pada pasien yang diobati dengan Tamoxifen ini. Kegagalan pengobatan Tamoxifen ditemukan di antara individu-individu yang “Poor-metabolizers” dan “Intermediate-metabolizers”. Ini terjadi karena gen CYP2D6 mereka tidak dapat memetabolisme Tamoxifen dengan sempurna sehingga kadar endoxifen tidak mencukupi. Menariknya, Schroth dan rekan menyatakan bahwa pasien “High-metabolizers”, dengan varian CYP2C19 *17 memiliki aktivitas enzim tinggi dan menguntungkan jika diberikan terapi tersebut.

Ini menandakan pentingnya pengujian gen untuk memandu keputusan pengobatan bagi pasien yang menderita kanker payudara ER+. Terapi alternatif dari Tamoxifen dapat direkomendasikan untuk pasien kanker payudara yang poor dan intermediate metabolizers seperti Therapeutic Drug Monitoring. Sementara pasien dengan CYP2C19 17* cocok untuk melanjutkan terapi Tamoxifen.

Setelah analisis genetik, dokter masa kini dapat mengoptimalkan penggunaan terapi Tamoxifen melalui stratifikasi pasien kanker payudara. Dengan demikian, penerapan PM di Indonesia dapat meningkatkan hasil pengobatan pasien dan meniadakan kegagalan pengobatan secara keseluruhan.

Personalized Medicine dapat Menghemat Biaya dalam Jangka Panjang

Selanjutnya, adopsi PM di Indonesia dapat menghemat biaya perawatan kesehatan. Menurut ASEAN cost in Oncology, 78% penderita kanker di Indonesia akan mengalami kebangkrutan. Pada tahun 2014, biaya keperluan medis terkait dengan kanker mencapai Rp 1,5 triliun dan terus meningkat setiap tahun. Kenaikan biaya tahunan untuk perawatan kanker ini memberikan tekanan tambahan bagi National Health Insurance (NHI). Untungnya, Dr. Dhruv Kazi, seorang pakar kardiologi dan profesor dari University of California, menyatakan bahwa PM akan memberikan keuntungan finansial dalam prospek jangka panjang.

Awalnya, penolakan adaptasi PM pada beberapa negara terkait dengan kebutuhan pengeluaran dana yang besar. Secara tidak mau pasien harus mengeluarkan biaya tambahan karena belum banyak asuransi kesehatan mampu menyediakan layanan ini akibat kekurangan dana, contohnya, Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS). Oleh karena itu, penggunaan PM hanya dapat diaplikasikan pada pasien dengan status ekonomi yang tinggi. Namun, Dr Kazi menjelaskan bahwa kekhawatiran ini dapat dikelola melalui, “Membuat keputusan yang baik mengenai siapa yang mendapatkan obat dan perawatan tertentu”. Dr Kazi mengusulkan bahwa individualisasi pengobatan mahal pada ujungnya akan mengurangi biaya dibandingkan dengan jika diberikan kepada semua orang secara umum.

Riset Dr. Kazi menemukan bahwa pengujian genetik pasien dengan stent koroner meningkatan penghematan biaya setelah menentukan obat anti-pembekuan darah yang sesuai dan benar. “Jika Anda memasangkan orang yang tepat dengan obat yang tepat, maka Anda dapat menghasilkan penghematan besar”, kutipan Kazi. Argumennya menekankan potensi penghematan lewat pengurangan kunjungan rumah sakit dan menghindari uji "trial and error" dalam pengobatan. Dengan ini, PM dapat menawarkan peningkatan substansial dalam hasil terapi untuk membantu mengatasi pengeluaran perawatan kesehatan yang besar dan menjanjikan nilai ekonomi yang baik bagi Indonesia.

Dengan adanya gerakan global dalam memajukan PM, prioritas penerapan PM di Indonesia sangat wajib untuk meningkatkan kondisi kesehatan negara. Seperti yang telah dibahas, revolusi dalam praktik pengobatan ini berpotensi untuk mengurangi hasil pengobatan yang buruk dari penyakit kritis dan meningkatkan keoptimisan dalam penurunan biaya perawatan kesehatan. Penerapan PM harus dilaksanakan untuk memperbaiki sistem kesehatan masyarakat Indonesia dan meningkatkan kualitas hidup secara nasional.

Nalagenetics mendukung penerapan PM di Indonesia dengan menyediakan Nala RxReadyTM, sebuah tes genetik berdasarkan strategi farmakogenomik untuk melihat respons tubuh terhadap obat-obatan guna dan membantu para dokter memberikan pengobatan yang paling tepat dan efektif untuk pasien. Dengan menganalisa 4 gen yang paling umum menimbulkan reaksi obat yang tidak diinginkan, NalaxReadyTM memiliki lebih dari 160 obat yang berhubungan dengan psikiatri, jantung, painkiller serta Tamoxifen, obat terapi adjuvan kanker payudara. Untuk informasi lebih lanjut, hubungi Customer Service kami melalui WhatsApp di 08119941440. Kami dengan senang hati membantu Anda.

Leave a Comment