Sumba dan Nusa Tenggara Timur mengalami peningkatan penyebaran virus dan angka kematian akibat adanya kekurangan tes diagnosis COVID-19.
Alhasil, inisiasi untuk memperluas laboratorium yang mampu melakukan pengujian PCR di Indonesia sempat mendongkrak permintaan di masa puncak pandemi pada September 2020. Nalagenetics mengambil kesempatan bekerja sama dengan PT. Bakti Energi Abadi, Yayasan Satriabudi Dharma Setia dengan tujuan membantu Sumba dalam mengatasi kekurangan laboratorium canggih dan membangun lab pengujian RT-PCR COVID-19 untuk keamanan daerah. Dalam studi kasus ini kami akan melihat inisiatif proaktif Nalagenetics untuk meningkatkan tes diagnosis COVID-19 di seluruh Indonesia.
Sebelumnya, diagnostik COVID-19 yang tersedia di Sumba hanya Tes Cepat Molekuler (TCM) yang kurang akurat. Jika tidak, sampel COVID-19 perlu dikirim ke Kupang untuk pengujian PCR yang tepat. Sayangnya, pengiriman ke Kupang membutuhkan waktu sekitar 2 hari untuk mendapatkan hasil karena transportasi dan waktu pemrosesan. Keterlambatan turn-around-time (TAT) dan inefisiensi ini memicu kekhawatiran bagi pasien positif yang membutuhkan hasil yang cepat.
Solusi Nala adalah untuk membangun laboratorium dan meniadakan masalah TAT ini dengan peralatan yang sesuai untuk efisiensi dan akurasi diagnostik COVID-19.
Selain itu, infrastruktur yang buruk di Sumba membuat gedung laboratorium permanen sulit dibangun dalam waktu singkat. Disamping itu, teknisi dan dokter Sumba belum memiliki pelatihan PCR dan molekuler sebelumnya untuk melakukan prosedur tersebut.
Berikut adalah beberapa cara yang telah dilakukan Nalagenetics dan mitra untuk mengatasi permasalahan di atas:
Nalagenetics dan PT. Bakti Energi Abadi, memutuskan untuk membuat lab PCR portabel dari kontainer pengiriman untuk mengatasi masalah infrastruktur, mengurangi dana yang dibutuhkan, dan menghindari tambahan tenaga kerja. Karena sulitnya kolaborasi jarak jauh ini, Nalagenetics menghitung perkiraan sumber daya laboratorium yang dibutuhkan untuk mencukupi populasi penduduk Sumba.
Selanjutnya, karena Indonesia belum memiliki peraturan untuk biosafety level laboratorium, maka laboratorium ini dibangun dengan standar internasional melalui pedoman WHO dan CDC untuk penjaminan mutu dan keamanan.
Terakhir, Nalagenetics terlibat dengan dokter dan teknisi terkait di Sumba untuk memberikan pendidikan PCR dan laboratorium yang memadai serta implementasi Nala Clinical Decision Supportâ„¢, perangkat lunak untuk pelaporan sampel otomatis sebagai pengganti pelaporan manual.
Sumba akhirnya mampu untuk melakukan diagnosis COVID-19 secara independen dan Nala Clinical Decision Supportâ„¢ mempercepat pelaporan sampel hingga 60%. Alhasil, keberhasilan membangun laboratorium PCR dengan standar internasional di Sumba mendapat apresiasi dan diresmikan oleh pemerintah daerah serta Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Pak Luhut Binsar Panjaitan.
Sebagai pengakuan atas upaya kami, Nalagenetics telah terlibat dalam pendirian 6 laboratorium di Indonesia termasuk kasus ini. Kami terus menunjukkan ambisi kami untuk berkolaborasi lebih dengan daerah lain di Indonesia yang mengalami masalah pelatihan diagnostik dan PCR COVID-19 yang serupa. Nalagenetics berupaya untuk membangun fasilitas berstandar tinggi yang bertujuan untuk meningkatkan prosedur keselamatan di Indonesia.