NalaGenetics Digest | Genetics, Health & Wellness Updates

Perayaan Hari Perempuan Sedunia: Apa Saja Prioritas Utamanya?

Written by NalaGenetics | 2023 Jun 22 15:22:04

International Women's Day was first celebrated on March 19, 1911 in many European countries, such as Austria, Denmark, Germany, and Switzerland.

Setelah para perempuan di Eropa mengadakan pertemuan di tahun 1914 untuk menggalang solidaritas dalam situasi Perang Dunia I, 8 Maret resmi ditetapkan sebagai Hari Perempuan Sedunia. Perayaan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran dan advokasi atas hak-hak perempuan di berbagai belahan dunia.

Akses terhadap pendidikan, kesehatan, dan kehidupan yang layak untuk perempuan dinilai masih belum memadai. Menurut UN Women, data menunjukkan 60% perempuan lebih rentan terhadap ketahanan pangan rendah. Dalam bidang pendidikan, diperkirakan 15 juta anak perempuan belum memiliki kesempatan untuk membaca dan menulis. Tak hanya itu, 330 juta perempuan mencoba bertahan dengan uang kurang dari 1,9 dollar (28 ribu rupiah) per harinya.

Untuk tahun ini, tema resmi Hari Perempuan Internasional yang dipilih adalah #BreakTheBias. Tujuan dari kampanye ini adalah untuk mendorong perempuan untuk percaya diri dalam mengekspresikan hak-hak mereka di mana pun mereka berada.

Isu Prioritas Tentang Perempuan di Tahun 2022

Isu perempuan dari awal abad 20 lalu hingga saat ini masih merupakan salah satu isu yang masih terus disuarakan. Situasi pandemi yang terjadi beberapa tahun belakangan rupanya juga memiliki dampak bagi perempuan. World Health Organization (WHO) sebagai organisasi tingkat dunia berkomitmen untuk mewujudkan kesejahteraan perempuan dengan menetapkan beberapa prioritas, diantaranya:

1. Memberikan respon tanggap dan pemulihan COVID-19 yang lebih baik

Perempuan merupakan salah satu kelompok yang terkena dampak dari COVID-19. Jika ada anggota keluarga yang sakit atau terdampak COVID-19, perempuan memiliki porsi tanggung jawab yang besar dalam merawat dan mengurusnya. Hal ini bisa berdampak terhadap kondisi kesehatan perempuan baik fisik maupun mentalnya. Selain itu, perempuan hamil juga tidak dilibatkan dalam beberapa percobaan vaksin dan prosedur medis lainnya. Dengan demikian, akses terhadap pelayanan dan edukasi kesehatan terhadap perempuan perlu mendapatkan perhatian.

2. Mencegah dan merespon kekerasan yang terjadi terhadap perempuan

WHO mencatat adanya kenaikan tren kekerasan rumah tangga terhadap perempuan yakni sebanyak 10-50% di beberapa negara. Situasi pandemi yang membuat masyarakat tetap tinggal di rumah dalam waktu yang cukup lama memiliki beberapa dampak negatif. Tekanan ekonomi akibat PHK dan stres psikologis memungkinkan terjadinya konflik rumah tangga. Konflik yang sulit diredakan dapat berujung pada kekerasan dan perempuan berpotensi tinggi menjadi korban. Ditambah lagi akses terhadap bantuan eksternal seperti anggota keluarga yang lain, teman, hingga komunitas yang dapat mendukung penyelesaian konflik menjadi sulit diakses karena mobilitas yang terbatas.

WHO kemudian melakukan berbagai tindakan preventif maupun kuratif untuk merespon isu ini. Upaya sinergi mulai dari tingkat lokal hingga global terus ditingkatkan.

3. Mendukung kepemimpinan perempuan di dunia kerja

Salah satu yang menjadi perhatian tentang perempuan adalah isu gender gap, atau kesenjangan gender. Sebanyak 7 dari 10 orang tenaga kerja kesehatan adalah perempuan. Namun, jika melihat posisi kepemimpinan, hanya 1 dari 4 orang adalah perempuan.

Implikasi lainnya adalah pada upah kerja. Menurut Europe Union tahun 2020, rata-rata pekerja perempuan menerima upah kerja 13% lebih rendah, dengan kesenjangan tertinggi di Latvia sebanyak 22,3% dan di Luxembourg sebesar 0,7%. Di Indonesia sendiri, pegawai perempuan menerima upah 23% lebih rendah untuk posisi yang sama.

Fenomena ini kemudian mendorong berbagai pihak baik organisasi masyarakat maupun pemerintah untuk mengadvokasikan hak perempuan untuk mendapatkan kompensasi serta kesempatan yang layak.

Acara Women with Impact 2022

CEO Nalagenetics, Levana Sani, berkesempatan untuk menjadi pembicara dalam forum Women with Impact 2022 yang diselenggarakan oleh East Ventures pada 8 Maret 2022 kemarin. Forum ini bertujuan untuk membagikan perspektif, pengalaman nyata, dan cerita dari berbagai tokoh perempuan yang berpengaruh. Melisa Irene (partner East Ventures), Tamawa Wu (CEO Liberty Society), Carmen Yuen (General Partner Vertex Ventures SE Asia dan India), serta Utari Octavianty (Co-Founder dan Chief Sustainability Officer Aruna) turut hadir dalam forum.

Dalam kesempatan itu, Levana Sani menceritakan bahwa isu perempuan perlu mendapatkan perhatian. Ia menuturkan, “Untuk bidang kesehatan sendiri, ada banyak contoh terkenal dimana perempuan mendapatkan pengobatan dan penanganan kesehatan yang berbeda. Hal ini karena uji klinis (clinical trials) secara umum didesain untuk laki-laki berkulit putih di Amerika. Dengan demikian, saat kami memutuskan untuk bekerja dalam bidang spesifik yang disebut sebagai tes genetik untuk obat-obatan atau farmakogenetik, sangat penting bagi kami untuk memahami betapa besarnya dampak perbedaan gender dalam uji-uji klinis yang dilakukan.”

Sebagai bentuk kontribusi nyata, kini Levana Sani dan timnya mencoba untuk selalu berusaha menjadikan perempuan sebagai pertimbangan dalam menjalankan berbagai proyek penelitian farmakogenetik di Nalagenetics. Tujuannya agar perempuan mendapatkan akses yang optimal terhadap pengobatan dan bentuk pelayanan kesehatan lainnya.

Hari Perempuan Internasional diperingati setiap tahun sebagai momentum untuk terus menyuarakan hak perempuan yang masih sering diabaikan. Akses kesehatan, pendidikan, serta sosial ekonomi menjadi agenda prioritas kedepannya. Kesadaran, kepedulian serta kerjasama setiap elemen masyarakat dalam isu ini perlahan akan membawa perubahan yang berarti.